Ala Belajarnya Mahasiswa | Sudahkah Aku menjadi Seorang Mahasiswa Sejati

Ala Belajarnya Mahasiswa

Sudahkah Aku Menjadi Seorang Mahasiswa Sejati?


Berbicara tentang mahasiswa maka sebenarnya kita sedang membicarakan banyak hal. Berbicara tentang mahasiswa berarti kita membicarakan tentang, masa revolusi dari siswa menjadi mahasiswa. Berbicara tentang mahasiswa berarti kita bicara tentang pendidikan tinggi, gelar sarjana, dan nilai IPK. Berbicara tentang mahasiswa berarti kita bicara tentang pemuda dan organisasi, karena mahasiswa sangat identik  dengan para pemuda. Berbicara tentang mahasiswa berarti kita bicara tentang masyarakat dan negara. Berbicara tentang mahasiswa berarti kita bicara tentang profesi dan pekerjaan. Dan berbicara tentang mahasiswa berarti kita bicara tentang perubahan,peradaban, dan kesuksesan. Dan masih banyak lagi hal yang berkaitan tentang mahasiswa. Namun disini saya tidak akan membahas semua hal diatas. Ada hal yang utama yang harus kita ketahui tentang mahasiswa. Lebih dari itu, sebenarnya siapakah mahasiswa itu, bagaimana sebenarnya kita merealiasiskan bahwa diri kita adalah mahasiswa. Karena realita terlihat banyak mahasiswa hanya ingin meraih gelar sarjana, dan tujuan akhir demi mendapat pekerjaan semata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, secara administrasi mereka terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi. Namun tidak terbatas hanya dengan perngertian itu. Mahasiswa itu mengandung arti yang lebih luas dari sekedar terdaftar secara administrasi saja. Mahasiswa adalah agen pembawa perubahan bagi bangsa dan Negara dan sebagai generasi penerus yang memiliki intelektual yang baik, dan jiwa kritis yang tinggi.

Begitu jelas peran dan tugas seorang mahasiswa. Namun, kendatipun begitu, ternyata banyak kita saksikan para mahsiswa kurang memahami sebenarnya bagaimana jati diri seorang mahasiswa itu. Apakah hanya masuk kuliah, duduk manis, dengerin dosen, ngerjain tugas, presentasi, ikut organisasi, demontrasi, dan akhirnya wisuda, namun tidak bisa mempertanggungjawabkan bidang keilmuannya. Ya… sesungguhnya bukanlah hanya sebatas itu. 

Tapi tak sedikit juga kita saksikan banyak para mahasiswa yang sangat menjiwai dan menikmati masa kuliahnya, mereka benar-benar menjalankan peran dan tugasnya, rajin belajar, rajin membaca layaknya seorang kutu buku, rajin berdiskusi memecahkan suatu masalah, membuat penelitian dan eksperimen, serta juga ikut andil dalam pergerakan seperti organisasi dan komunitas-komunitas lainnya. Dengan ini ketika mereka sudah menyelesaikan masa kuliahnya, menyandang slempang di bahunya dan toga di kepalanya, serta namanya dipanggil beringinan dengan gelar dibalakangnya, mereka bisa mempertanggungjawabkan gelarnya, karena ketekunannya. Berbeda dengan mereka yang tidak memahami jati diri menjadi seorang mahasiswa. setelah mendapat gelar sarjana, meraka kurang mampu mempertanggungjawabkan keilmuannya.

Demikian dua gambaran mahasiswa yang nyata adanya di kalangan kita. Setidaknya perbedaan itu terlihat dari bagaimana kita menjalan peran dan memilih sistem belajar selama menjadi mahasiswa. Sistem belajar mahasiswa haruslah berbeda dengan sistem belajar lainnya. Mahasiswa dituntut untuk lebih meningkatkan daya belajarnya dan inovasi dalam belajarnya. Karena hal ini akan menentukan kelak kualitas keilmuan kita dan. Na, disini saya akan berbagi sedikit bagaimana seharusnya kita menjadi seorang mahasiwa, sistem belajar seperti apa yang harus kita pakai, sehingga insyaAllah  jati diri mahasiswa itu terpatri di diri kita dan kelak kita bisa mempertanggungjwabkan keilmuan kita.

1. Rajin masuk kelas

Ini adalah hal utama yang harus dilakukan seorang mahasiswa. Menghadiri kelas pelajaran secara full. Hanya izin jika memang terkendala urusan yang sangat mendesak atau udzur syar’i. karena salah satu buah daripada ilmu itu tertanam di hati adalah selalu menghadiri majelis-mejelis ilmu. Sebagaimana kita ketahui betapa luar biasanya perjuangan para ulama salafus shaleh dahulu mencari ilmu. Bahkan diantara mereka ada yang rela menempuh perjalanan jauh antar kota sekalipun  hanya untuk mendapatkan satu hadits dari gurunya. Dan tentu kualitas ilmu yang didapat secara langsung dan terus menerus akan berbeda dibandingkan tidak secara langsung atau sering tidak masuk kelas. 

2. Fokus mendengarkan dan menyimak materi kuliah

“Tahapan pertama dalam menuntut ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan kemudian menyebarkannya”. Begitu kata Sufyan Bin Uyainah. Maka sangat penting menyimak dengan baik materi yang disampaikan dosen ketika kuliah. Tidak boleh menduakannya dengan hal-hal yang menganggu pikiran. Hindarilah ngobrol di kelas saat materi sedang berlangsung, simpan dulu gadget kesayangan kita, dan hindari rasa kantuk. Karena kita bukanlah siswa SMA dan SMP tempo dulu dengan fikiran mereka hanya sekedar menunaikan kewajiban sekolah saja, fikiran masih untuk terus bermain, dll. Bahkan ada ungkapan yang mengatakan bahwa jika kamu memberikan perhatianmu seratus persen dalam menuntut ilmu, maka ilmu itu hanya memberikan setengahnya. Bagaiman jika tidak menaruh perhatian sama sekali.

3. Selalu membuat ringkasan dari matkul dan diskusi-diskusi

Mengapa?, karena dengan itu akan mempermudah kita dalam mengulangi pelajaran kapan saja, terutama saat ujian. Kita tidak akan terbebani dengan materi matkul yang banyak yang menuntut kita untuk membaca satu buku full misalnya, sehingga kadang memakan waktu kita sangat banyak. Dengan ringkasan itu juga akan mampu menguatkan hafalan, karena selain mendengarkan kita juga menulis kembali. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa ilmu itu didengar, diserap, kemudian ditulis. Ini juga akan menjauhkan kita dari sistem SKS (sistem kejar semalam) yang merupakan kebiasaan buruk yang sering dilakukan ketika hendak ujian.

4. Sering membaca (Jadikan membaca sebagai kebutuhan) 

Hal inilah yang mungkin sangat jarang kita yang lakukan. Membaca tidak menjadi kebutuhan dan hobi. Bahkan buku matkul saja tidak pernah selesai dibaca. Padahal belajar itu sangat berdampingan dengan membaca. Membaca adalah jendela dunia. Ilmu tidak akan pernah didapat tanpa mendengar dan membaca. Maka seharusnya membaca kita jadikan hobi dan kebutuhan. Dimulai dari hal yang utama saja, kita khatamkan membaca buku-buku matkul terlebih dahulu. Membaca dan memahaminya. Karena ini adalah modal keilmuan kita ketika nanti setelah wisuda. 

5. Menambah referensi bacaan lain yang berkaitan dengan matkul

Nyatanya kita tidak bisa hanya mencukupkan keilmuan kita kepada buku-buku matkul saja. Namun perlu adanya pengembangan dan perluasan wawasan. Karena tujuan dari buku-buku matkul itu sebenarnya adalah hanya sebagai keilmuan dasar atau pokok. Lebih dari itu kita diharuskan menambah buku-buku lain sebagai bahan keilmuan penguat dan pendukung sehingga kita akan lebih menguasai dan matang dalam jurusan yang kita pilih. Maka dari itu peran perpustakan di kampus adalah untuk ini. Adapun buku-buku referensi itu haruslah buku-buku yang berkaitan dengan matkul atau jurusan keilmuan yang kita pilih saja. Jangan menyibukkan diri dengan buku-buku yang tidak ada kaitan dengan itu, seperti buku novel, atau buku-buku yang sama sekali tidak ada kaitannya. Jangan terlena, menghabiskan waktu, dan memperbanyak buku bacaan yang tidak ada kaitan dengan bidang ilmu yang kita geluti. Hal supaya kita focus dan bisa mendalami keilmuan yang sedang kita geluti. 

6. Biasakan menulis dan belajar menulis

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa menulis adalah salah satu cara menjaga dan menguatkan hafalan. karena sesungguhnya kita bukanlah seperti mesin robot, otak kita sangat terbatas. Kita juga bukan seperti Imam Bukhari yang Allah karunia hafalan kuat hanya dengan mendengar saja. Maka menulis harus menjadi kebiasaan kita. Tak sampai disitu, kita juga harus belajar menulis. Dalam arti menulis sesuatu dengan gaya kita sendiri atau karangan kita sendiri. Belajar untuk mengungkapkan dan berbagi dengan tulisan. Karena itulah yang dilakukan para ulama dan ilmuan-ilmuan terdahulu. Tidak hanya belajar, namun mereka mengajarkan kembali melalui tulisan-tulisan mereka.

7. Sering berdiskusi dan bertanya

Berdiskusi dengan orang lain akan membantu membuka wawasan lebih luas lagi dan mengasah keilmuan kita. Jangan berdiam diri dan mencukupkan dengan keilmuan sendiri. dan jangan juga membatasi dengan siapa kita berdiskusi. Berdiskusilah dengan banyak orang, karena semakin banyak, semakin luas wawasan yang kita dapat.  Karena ilmu itu berkembang dengan berbagi.  Begitu juga dengan banyak bertanya. Malu bertanya sesat di jalan. Ya..begitulah pribahasa mengajarkan. Selalulah bertanya hal-hal yang memang benar kita tidak mengetahuinya. Jangan menahan diri dengan rasa-rasa penasaran di fikiran kita.

8. Membangun jaringan lebih luas

Sama halnya dengan diatas, berdiskusi juga akan memberikan kita banyak teman, pergaulan, dan jaringan yang lebih banyak lagi. Makna diskusi disini juga sama halnya dengan ikut berorganisasi, komunitas, atau masuk kedalam wajihah-wajihah dakwah yang ada di kampus. Dengan ini akan sangat membantu mengasah keilmuan kita. Sehingga nanti ketika selesai kuliah, kita tidak hanya mendapat keilmuan teori saja, namun keilmuan praktek juga didapat.

9. Tingkatkan mujahadah (perjuangan) dan jauhi rasa malas

Kualitas dan kuantitas keilmuan yang kita cari itu dinilai dari seberapa perjuangan kita mencari ilmu tersebut. Semakin rajin kita, semakin banyak kita menghabiskan waktu untul ilmu maka kualitas dan keilmuan kita akan semakin baik. Betapa banyak para ulama terdahulu yang wafat saat mencari ilmu. Mujahadahnya dalam mencari ilmu sangat besar. Tak kenal jarak yang jauh, dan tak kenal lelah dan jenuh. Maka perlunya mujahadah yang besar dalam mencari ilmu. Karena  bermalas-malasan adalah penyakit kebodohan. Tidak ada manusia yang terlahir jahil (bodoh), karena kebodohan itu nyatanya karena kemalasannya. Namun sebagai manusia yang memiliki kekurangan, tentu kadang kala sifat malas atau futur itu muncul, namun yang kita lakukan bukanlah menikmati kemalasan dan kefuturan itu, tapi harus mencari solusi dan bangkit kembali. Nah..ketika rasa malas atau futur itu hadir, hal yang harus kita ingat adalah

a. Ingatlah kita adalah orang yang lemah dan bodoh. Maka bermalas-malasan bukanlah solusinya. 

b. Ingat tujuan awal kita dan target-target kita. Kita kuliah untuk apa, ingin menjadi apa, ingin menjadi ulama, ingin menjadi orang yang ahli di bidang keilmuan tertentu. Mari kita kembali kepada tujuan awal kita.

c. Ingat orang-orang yang menanti kesuksesan kita. Orang-orang yang harus kita bahagiakan. Orang tua kita, mereka yang telah banyak berjuang  untuk kita, saudara kita, guru-guru kita, dan umat Islam.

d. Buatlah lingkungan teman-teman yang baik, yang akan mengingatkan ketika kita sedang futur dan malas. 

10. Selalu memperhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu

Selain diatas yang telah dijelaskan, tentu wajib bagi para seluruh pembelajar untuk mengedepankan adab atau akhlak dalam menuntut ilmu. Adab itu diatas ilmu.  Ini mencakup adab kita saat menuntut ilmu, adab kita kepada guru, begitupun adab kita kepada kitab-kitab. Dengan menjaga adab-adab ini maka dengan izin Allah, ilmu yang kita cari akan mudah diserap, dan menjadi keberkahan serta menjadi ilmu yang bermanfaat. 

11. Luruskan niat dan banyak berdoa

Semua hal diatas haruslah dilandasi dengan dua hal ini yaitu niat yang lurus ikhlas karena Allah dan banyak berdoa mohon kemudahan, keberkahan, dan keistiqomahan dalam menuntut ilmu. Kedua ini adalah kunci. Jika tidak dilandasi dengan ini, maka sungguh semua akan sia-sia. Segala amal perbuatan haruslah dilandasi dengan niat yang baik. Ilmu yang sejati itu sama seperti barang berharga lainnya, tidak bisa diperoleh dengan mudah. Ia harus diusahakan, dipelajari, dan lebih dari itu harus disertai doa.

Demikianlah beberapa hal yang bisa saya bagikan kepada teman-teman mahasiswa yang sedang membaca ini, dan juga kepada para pembelajar penutut ilmu lainnya.  Sekiranya inilah hal-hal yang  mahasiswa harus lakukan dalam kehidupan belajarnya di kampus. Sehingga ketika nanti kita telah selesai menuntaskan masa kuliah kita dengan membawa gelar bidang keilmuan masing-masing, kita menjadi orang yang ahli dan bisa mempertanggungjawabkan keilmuan kita. 

Semoga ini memberi manfaat yang baik bagi para pembaca semua, terkhusus bagi diri penulis sendiri. Sungguh tulisan ini tak terlepas dari banyak kesalahan dan kekurangan. Maka penulis sangat berharap ada saran yang membangun dari pembaca, sehingga menjadi perbaikan untuk kedepannya. Tulisan ini penulis dedikasikan atas landasan perintah Allah untuk saling nasehat-mensehati dalam kebenaran dan kesabaran. 

Oleh: @rjannah_bms

Wallahu A’lam bis showaab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi SEMBUHLAH INDONESIAKU DAN BUMIKU

Puisi Islam Untuk Penghafal Al-Quran

Puisi NIKMATI PROSESNYA